Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 24 September 2013

Berita Adiwiyata SMPN 10 Malang

Andalkan Bank Sampah Hingga Pengolahan Air Sungai

HIJAU: Kader Lingkungan SMPN 10 Malang berpose bersama Koordinator Adiwiyata, Dra Rahmawati, beserta piala-piala mereka yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan.

Persiapan SMPN 10 Jelang Penilaian Adiwiyata
MALANG – Persiapan menyambut penilaian Adiwiyata minggu depan, sudah dilakukan oleh SMPN 10 Malang. Jika pada Adiwiyata provinsi lalu sekolah ini mengangkat kajian lokal tentang sampah dan air, saat ini sekolah tersebut mengangkat energi dan keanekaragaman hayati sebagai kajian lokal Adiwiyata nasional.
Untuk itu, saat ini, sekolah yang gencar melakukan kampanye penanaman pohon tersebut tengah membenahi beberapa hal yang telah dikoreksi oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Timur. Hal ini disampaikan oleh Koordinator Adiwiyata SMPN 10, Dra Rahmawati kepada Malang Post.
“Sejauh ini, dengan perintisan dan penuntasan dalam segala hal, kami sudah siap menyambut visitasi dari tim penilai. Laporan administrasi dan lain-lain terkait Adiwiyata sudah kami kirimkan ke pusat. Tapi saat kunjungan dari BLH untuk melihat kesiapan kami kemarin, ternyata ada beberapa hal yang luput dari pengamatan. Terlebih, kami menambah kajian lokal,” ungkapnya.
Dalam kunjungan tersebut, BLH menilik potensi yang dimiliki SMPN 10 untuk lebih ditonjolkan. Misalnya menambah banner dan slogan-slogan cinta lingkungan dan hemat energi di depan Bank Sampah Sekolah (BSS). Tak luput dari koreksi tim BLH, yaitu penggantian tanaman yang sudah tidak hijau. Hal inilah yang segera ditindak lanjuti oleh pihak sekolah.
“Siswa dapat menuai rupiah hingga Rp 100 ribu per bulannya dari BSS yang bekerjasama dengan Bank Sampah Kota (BSK) di Sukun. Ini, sebagaimana yang dikatakan oleh tim BLH, adalah salah satu potensi sekolah yang membanggakan,” tutur Rahma bangga.
Demikian pula dengan slogan 3R (Reuse, Recycle, dan Reduce) yang diterapkan oleh siswa, seharusnya menjadi pamungkas sekolah tersebut. Dalam hal ini, tim BLH mengimbau pihak sekolah untuk memberi sanggar khusus. Misalnya, ruang pameran barang-barang kerajinan daur ulang yang selama ini dipajang di etalase di lorong kantor. Untuk itu Rahma mengatakan bahwa pihak sekolah sudah mengosongkan sebuah ruangan untuk menampung barang-barang hand-made tersebut.
Selain itu, kolam yang mengalir di sepanjang ruang kelas dan kamar mandi sekolah yang menggunakan air sungai melalui tujuh kali proses water treatment juga digadang-gadang menjadi jurus SMPN 10 di hadapan tim penilai.
“Tak hanya itu, kami juga mempertegas kebiasaan-kebiasaan cinta lingkungan yang memang sudah lama kami miliki. Setiap hari, kader lingkungan berkeliling mengontrol kebersihan di setiap kelas,” imbuhnya.
Rahma berharap, dengan penghijauan dan aksi hemat energi yang dilakukan, sekolahnya dapat mengurangi setidaknya dua hingga tiga derajat suhu panas lingkungan sekitar. “Jika lingkungan sejuk, hati dan pikiran juga akan ikut sejuk,” tutupnya seraya tertawa kecil. (ily/nda) 
 
SUMBER : http://www.malang-post.com/edupolitan/73688-andalkan-bank-sampah-hingga-pengolahan-air-sungai-
 
 

Jumat, 05 Juli 2013

Cara Pembuatan Kompos

Proses Komposting

       Cara pembuatan pupuk yang ramah lingkungan yaitu pupuk kompos yang berasal dari sampah tanaman dan sampah rumah tangga. Karena sampah tanaman dan sampah rumah tangga kalau di biarkan akan menimbulkan penyakit, maka sampah tersebut akan di jadikan Pupuk Kompos yang tadinya sampah sekarang jadi pupuk.
 Caranya  :
1. Sampah-sampah yang sudah dipilah di masukkan pada mesin pencacah
Gambar 1 : Pencacahan Secara Manual Menggunakan Pisau.                  Gambar 2 : Mesin Pencacah Sampah di SMP kami.                                                                                                                           
2. Sampah yang sudah di cacah digelar di plastik lebar lalu diberi bakteri pengurai (Biosan) dengan

menggunakan gembor.1 tutup bakteri pengurai dicampur dengan 1 timba air leri (air beras).
3. Masukkan pada Tong Komposter yang pertama ,yaitu Proses Awal selama 5 hari di bolak balik, untuk perpindahan ke tong ke 2 (Dalam Proses) dan tong ke 3 (Pematangan) yang dilakukan selama 31 hari dan juga selama 5 hari di bolak balik.
3 Tong Komposter (Proses awal, Dalam Proses, Proses Pematangan)

Karena sampah yang di hasilkan di Sekolah kami cukup banyak , maka sebagian besar proses pematangan kami tempatkan di bak besar yg terbuat dari tembok dengan ukuran : Lebar 1 m, Tinggi 1,5 m, dan Panjang 3 m yang ditempatkan di dalam Rumah Kompos (Griya Larahan). 

Rumah Kompos / Griya Larahan
Untuk mempercepat proses pematangan yang ada pada bak tersebut. Maka kami gunakan Air Leri & Cacing Tanah. Pemberian air leri dilakukan 2 kali ,yaitu pada bulan pertama & bulan ke 4, sedangkan bulan ke 5 sudah dapat kami panen hasilnya . Air leri tersebut kami peroleh dari pemberian siswa-siswi yang sudah terjadwal. Yaitu pada bulan pertama untuk kelas 7 dan pada bulan ke 4 untuk kelas 8. Masing-masing siswa WAJIB membawa 1 botol Aqua ukuran 1 Liter yang berisi air leri.


4. Setelah pupuk kompos tersebut matang, lalu di gelar ditempat teduh agar tidak terkena air hujan. Penggelaran tersebut kami tempatkan di dalam rumah kompos . Cukup 1 hari penggelaran tersebut pupuk sudah matang.
Pupuk Kompos yang sudah matang.




Senin, 24 Juni 2013

Burung Peduli Sampah


     Burung digambar diatas buang sampah ditempatnya. Kok, Manusia buang sampah sembarangan?
Masa' kalah sama hewan? mereka tidak berakal, sedangkan manusia berakal sehingga bisa membuang sampah sesuai tempatnya.

Ayo! Membuang Sampah Ditempatnya!

Source : Google

Sabtu, 22 Juni 2013

Pengertian 5R (Reuse,Reduce,Recycle,Replace,Replant)


Konsep 5 R dalam Lingkungan 

 Cara Menerapkan
 Konsep  5 R sendiri berasal dari 5 kata dalam bahasa Inggris yaitu :
Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan kembali), Recycle (Mendaur Ulang), Replace (Menggunakan kembali) dan Replant (Menanam Kembali).
 Berikut ini dijelaskan tentang konsep 5 R:

       1.      Recycle
            Recycle atau mendaur ulang adalah kegiatan mengolah kembali atau mendaur ulang. Pada perinsipnya, kegiatan ini memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Contohnya adalah memanfaatkan dan mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos.
        2.      Reuse
             Reuse atau penggunaan kembali adalah kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai. Sebagai contoh, kantong plastik atau kantng kertas yang umumnya didapa dari hasil kita berbelanja, sebaiknya tidak dibuang tetapi dikumpulkan untuk digunakan kembali saat dibutuhkan. Contoh lain ialah menggunakan baterai isi ulang.
 3.     Reduce
             Reduce atau Pengurangan adalah kegiatan mengurangi pemakaian atau pola perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Contoh menggunakan alat-alat makan atau dapur yang tahan lama dan berkualitas sehingga memperpanjang masa pakai produk atau mengisi ulang atau refill produk yang dipakai seperti galon air minum, tinta printer serta bahan rumah tangga seperti deterjen, sabun, minyak goreng dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi bertumpuknya sampah wadah produk di rumah.
 4.     Replace
Karya Tas Mukena & Perhiasan dari Kain Perca karya Siswi-siswi SMP kami.
           Replace atau Penggantian adalah kegiatan untuk mengganti pemakaian suatu barang atau memakai barang alernatif yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali. Upaya ini dinilai dapat mengubah kebiasaan seseorang yang mempercepat produksi sampah. Contohnya mengubah menggunakan kontong plastik atau kertas belanjaan dengan membawa tas belanja sendiri yang terbuat dari kain.
 5.      Replant

             Replant atau penamanan kembali adalah kegiatan melakukan penanaman kembali. Contohna melakukan kegiatan kreatif seperti membuat pupuk kompos dan berkebun di pekarangan rumah. Dengan menanam beberapa pohon, lingkungan akanmenjadi indah dan asri, membantu pengauran suhu pada tingkat lingkungan mikro (atau sekitar rumah anda sendiri), dan mengurnagi kontribusi atas pemanasan global.
 Dengan menerapkan konsep 5 R yang telah dibahas, kita dapat ikut serta dalam melestarikan dan memelihara lingkungan agar tidak rusak atau tercemar.

Sekolah Adiwiyata dan Programnya


            Sekolah Adiwiyata adalah Sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan yang hijau. 

            Dengan adanya program Adiwiyata diharapkan seluruh masyarakat di sekitar sekolah agar dapat menyadari bahwa lingkungan yang hijau adalah lingkungan yang sehat bagi kesehatan tubuh kita.

Arti Adiwiyata

            ADIWIYATA berasal dari 2 kata Sansekerta yaitu ADI dan WIYATA.  
Adi mempunyai arti yaitu Besar, Agung, Baik, Ideal atau Sempurna. 
Sedangkan, Wiyata mempunyai arti tempat seseorang mendapatkan Ilmu pengetahuan, norma dan etika. 
            ADIWIYATA artinya tempat yang besar, agung, baik dan indah yang dimana tempat itu digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, norma, dan etika.


  Tujuan Adiwiyata

 Tujuan Umum
            Membentuk Sekolah peduli dan berbudaya Lingkungan yang mampu Berpartisipasi dan Melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan Berkelanjutan bagi kepentingan Generasi sekarang maupun Generasi Masa Depan

Tujuan Khusus
            Mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan melalui tata kelola sekolah yang baik untuk untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.


  Prinsip-prinsip Dasar Program Adiwiyata

 1.     Partisipatif
Komunitas sekolah terlibat dalam manjemen yang meliputi keseluruhan  proses  perencanaan,  pelaksanaan, dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran.
 2.     Berkelanjutan
Seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif.


  Komponen Adiwiyata

Untuk mencapai tujuan Adiwiyata ada empat komponen program yang merupakan satu kesatuan yang utuh, yaitu :
1.    Kebijakan Berwawasan
2.    Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
3.    Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipasif
4.    Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan


Keuntungan Program Adiwiyata
1.    Mendukung  pencapaian Standar Kompetensi/ kompetensi dasar dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar dan Menengah.
2.    Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui
penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan energi.
3.    Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.
4.    Menjadikan tempat pembelajaran nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.
5.    Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi lingkungan sekolah


Minggu, 09 Juni 2013

Pengertian Adiwiyata

PENGERTIAN ADIWIYATA

Adiwiyata adalah usaha untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup manusia dan makhluk hidup lain
di sekolah kami sudah menerapkan pelajaran PLH agar siswa-siswa di sekolah kami belajar mencintai dan merawat lingkungan,

Gambaran umum tentang PLH
Pada awalnya penyelenggaraan PLH di Indonesia dilakukan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun 1977/1978 rintisan Garis‐garis Besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, dimana pendidikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL mulai dikembangkan). Sampai tahun 2010, jumlah PSL yang menjadi Anggota Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi 101 PSL. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departeman Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen Depdiknas), menetapkan bahwa penyampaian mata ajar tentang kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam kurikulum tahun 1984 dengan memasukan materi kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam semua mata pelajaran pada tingkat menengah umum dan kejuruan. Tahun 1989/1990 hingga 2007, Ditjen Dikdasmen Depdiknas, melalui Proyek Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) melaksanakan program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup; sedangkan Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) mulai dikembangkan pada tahun 2003 di 120 sekolah. Sampai dengan berakhirnya tahun 2007, proyek PKLH telah berhasil mengembangkan SBL di 470 sekolah, 4 Lembaga Penjamin Mutu (LPMP) dan 2 Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG).

Tujuan Adiwiyata
Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
                                                                                                                                                              
 
Sekolah kami sudah berhasil lolos kompetisi Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Timur dan sekarang sekolah kami melakukan persiapan melaju ke tingkat Nasional.